Sejibun memori tentang kota Rantauprapat. Dari kota yang
sepi, kini telah berkembang. Berbagai fasilitas masyarakat modern telah banyak
hadir di kota yang dulunya terkenal dengan sebutan kota karet.
Dahulu karet merupakan komoditi terkenal dari Rantauprapat.
Tak heran jika hampir di setiap kampung banyak terdapat kebun karet. Warga
masyarakat banyak yang menggantungkan hidupnya dari tanaman ini. Tak
ketinggalan toke getah, julukan yang lazim terhadap juragan atau pedagang
karet juga menjadi pekerjaan yang menjanjikan. Sehingga banyak toke getah
yang sukses dan terbilang hidup sejahtera.
Namun seiring perkembangan proyek Pir yang mengandalkan
komoditi kelapa sawit, karet semakin tergeser. Apalagi hadir pengembang swasta yang membuka perkebunan kelapa sawit,
menjadikan kelapa sawit sebagai komoditi andalan bagi daerah Rantauprapat dan Kabupaten Labuhanbatu umumnya.. Warga masyarakat
juga banyak yang beralih bertanam kelapa sawit. Areal persawahan dan rawa yang
sebelumnya lahan tidur banyak yang beralih menjadi areal kelapa sawit.
Apalagi banyaknya berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit,
sedikit banyak turut memotivasi masyarakat beralih bertanam kelapa sawit. Sebab
semakin mudah menjual hasil kebun mereka. Begitu juga, kini semakin banyak
warga yang turut berdagang sawit. Julukan “toke getah” yang dulu populer, kini
berganti dengan toke sawit. warga,
sebab tak sulit memikirkan penjualan hasil kebun mereka. Dus, julukan
Rantauprapat sebagai “kota karet” sekarang seolah hanya tinggal kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar